Halaman

Rabu, 16 Maret 2011

Dibangun untuk Kaum Miskin Syiah


In FEATURES on 27 Maret 2008 at 8:59 PM

Para pendukung ulama Syiah Moqtada al-Sadr berpawai memprotes penangkapan ratusan anggota Laskar Mahdi
Tiga hari terakhir nama Laskar Mahdi kembali menjadi perbincangan di Irak, khususnya kekuatan militer AS dan Irak di Baghdad. Milisi bersenjata itu pendukung ulama muda Syiah yang anti-AS, Moqtada al-Sadr.
Laskar Mahdi sejak Selasa (25/3) terlibat pertempuran sengit dengan militer Irak di Basra dan sekarang diultimatum PM Irak Nouri al-Maliki agar menyerahkan senjata dalam waktu 72 jam.
Selain Basra, kota kaya minyak di ujung selatan Irak, markas besar Laskar Mahdi adalah Sadr City, diambil dari nama ayah Moqtada yang tewas pada 1999. Sadr City merupakan enklave kaum Syiah yang terletak di Baghdad timur laut dan menjadi kekuatan penting yang nyaris tak tersentuh militer AS sekalipun.
Selama ini Sadr City yang dianggap sebagai kawasan slum Baghdad cukup tenang. Tetapi ketegangan pecah ketika militer Irak menyerbu kawasan itu saat pertempuran di Basra belum reda. Sebagai reaksi, Moqtada al-Sadr menyerukan revolusi untuk melawan pemerintahan Irak. Terusiknya Laskar Mahdi dikhawatirkan membuat ketenangan rakyat Baghdad.
Laskar Mahdi yang diperkirakan berkuatan 60.000 orang saat ini sudah gatal untuk angkat senjata lebih tinggi. Krisis terakhir muncul setelah pasukan AS dan Irak menahan ratusan anggotanya, meski kelompok ini masih memegang janji gencatan senjata sejak Agustus 2007. Gencatan senjata dinilai AS membantu menurunkan angka kekerasan.
Namun, akhir-akhir ini Laskar Mahdi dituding bertanggung jawab atas serangan roket di Zona Hijau beberapa pekan lalu dan terakhir Rabu kemarin. Perkembangan ini membuat Pentagon khawatir pasukannya di Irak terseret dalam arus pertempuran itu dan mengurangi perhatian pada upaya penumpasan jaringan Al Qaeda dan kelompok Sunni. Ini sudah terjadi pada pertempuran dengan Laskar Mahdi pada 2004.
“Kami sekarang berbeda dengan 2004. Kami sekarang lebih terorganisasi dan punya akses logistik dan finansial yang lebih mudah,” kata seorang komandan Laskar Mahdi yang menolak disebut namanya.
Duduk bersila di samping dua anak buahnya, komandan itu menyeruput teh hitam manis. Saat yang sama terdengar deru helikopter AS yang terbang rendah. Lalu sejurus kemudian rentetan senjata terdengar dan diikuti suara roket meluncur. Sejenak ia diam untuk mendengarkan. “Itu (roket) mengarah ke Zona Hijau,” katanya merujuk kawasan pertahanan AS di Baghdad.
Ketika salah satu anak buahnya hendak meninggalkan rumah, ia memperingatkan agar tidak terlalu dekat dengan patroli AS di tepi kawasan itu. Peringatan itu perlu untuk menjaga jarak aman, meski pasukan AS tidak akan berani berpatroli di kawasan itu.
Sadr City yang dibangun pada 1950-an itu dulu disebut sebagai kota Kota Revolusi untuk menampung warga Syiah miskin. Sebutan kemudian berubah menjadi Saddam City ketika Saddam Hussein berkuasa. Setelah Saddam jatuh pada 2003, kawasan itu berubah nama lagi menjadi Sadr City, untuk menghormati ayah Moqtada al Sadr, yaitu Mohammed Sadeq al-Sadr yang diduga kuat dibunuh agen-agen rahasia Saddam pada 1999.
Kawasan ini sebenarnya sangat padat sehingga disebut slum dengan penghuni sekitar 2,5 juta jiwa. Jalanan di situ normalnya penuh dan sibuk. Biasanya hanya milisi yang bekeliaran di jalanan dan anak-anak muda yang main bola. Sebagian besar toko di situ tutup.
Para milisi, beberapa di antaranya mengenakan sabuk peluru dan radio dua arah, biasanya berpakaian jins dan piyama. Namun mereka menenteng senjata yang sangat efektif untuk perang kota, senapan AK-47 atau pelontar granat.
Beberapa di antaranya bersembunyi dengan senapan siap meletus. Sedangkan para penembak jitu sudah siaga di atap-atap rumah. Lainnya berpatroli menggunakan pikap yang dilengkapi senapan mesin.
Soal senjata, kelompok ini tidak pernah khawatir. Para komandan Mahdi mengatakan baru-baru ini mereka menerima suplai senjata dari Iran. Senjata-senjata itu antara lain bom, meriam antipesawat terbang dan roket Grad, bikinan Soviet. (dha/Kps)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar